Siapa sih yang gak tau pohon kersen atau keres, ada pula yang menyebutnya ceri. Kersen adalah tanaman yang mudah tumbuh dilahan kosong yang terbengkalai, trotoar atau bahkan retakan tembok. Pohonnya rindang hingga tak jarang kita jumpai pinggiran jalan sebagai tempat berteduh seperti di pangkalan ojeg, terminal atau beberapa sudut area perumahan.

Tanaman perdu yang mempunyai nama latin Muntingia calabura L. ini mempunyai banyak sebutan. Selain kersen/ keres ada yang menyebutnya Talok. 

Di Lumajang, anak-anak menyebutnya baleci. Nama-nama lainnya di beberapa negara adalah datiles, aratiles, manzanitas (Filipina); mât sâm (Vietnam); khoom sômz, takhôb (Laos); takhop farang (Thailand); krâkhôb barang (Kamboja); dan kerukup siam (Malaysia).

Juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (bahasa Spanyol); Jamaican cherry, Panama berry, dan Singapore cherry (Inggris). Orang Belanda dulu menyebutnya Japanse kers ("ceri jepang"), yang lalu dari sini diambil menjadi kersen dalam bahasa Indonesia atau ada yang menyebutnya ceri.

Kersen menjadi salah satu tumbuhan yang paling banyak dijumpai di wilayah hunian manusia di daerah tropis. Mungkin tidak banyak yang tahu asal dari pohon ini. Menurut keterangan yang saya kutip dari Wikipedia, dituliskan bahwa pohon ini berasal dari Amerika tropis (Meksiko selatan, Karibia, Amerika Tengah sampai ke Peru dan Bolivia), kersen dibawa masuk ke Filipina pada akhir abad-19, dan lalu dengan cepat menyebar di seluruh wilayah tropis Asia Tenggara.  

Buah kersen yang masak berwarna merah, rasanya manis dan paling disukai anak-anak. Sejak kecil sampe sekarang saya paling gak bisa kalau lihat ada pohon kersen yang lebat buahnya dan sudah masak. Bisa dipastikan langsung nangkring sambil menikmati buah-buah kersen yang begitu menggoda.